Sunday, November 28, 2010

Persyaratan TA/KP di PT Chevron Pacific Indonesia

Bagi yang berkeinginan TA/KP di PT Chevron Pacific Indonesia,bisa baca peryaratannya foto yang dibawah..
(tertanggal April 2010)
















*Note:
-Bila ada perubahan tidak akan dilakukan perubahan di blog ini..
-Maaf Jika gambar kurang bagus karena pengambilannya menggunakan Kamera Hp

Monday, November 22, 2010

Hasil Rakornas 20 November 2010-Bandung

Assaammualaikum,
Hasil Rakornas PERHIMAGI,
1. Segera koris kirimkan email resmi (menggunakan nama dan ID yang jelas), berupa email HM, email koris, email DPO dan email2 anggota hmpunan yg bisa mempercepat oordinasi dari PERHIMAGI ke HM.
2. Tim Tanggap Bencana akan dibentuk di Munasa
3. Website (mungkin dlm bentuk blog atau wordpress) akan... segera dibentuk,
4. PERHIMAGI akan buat stker atau Poster buat informasi mengenai bencana geologi di Merai, yg rencannya bakal di tempel di desa2 sekitar Merapi.
5. Dana bencana sudah tersalurkan semua,6.Akan diadakan kegiatan anniversay PERHIMAGI di tiap regional pada tanggal 7 Feb 2011,
7. PERHIMAGI telah diakuioleh DIKTI sbg organisasi kemahasiswaan.
8. Proker Nasional, Geowisata telah berjalan dengan sukses, dengan peserta 26 orang peserta,
Keterangan tentang detail hasil rakornas, akan segera di email setelah email2 dari teman2 dikirim ke saya,

Hormat saya,
Ryan Setyo W (Sekum)

Tsunami indonesia

Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.

Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami dengan gempa bawah lain. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.

Teks-teks geologi, geografi, dan oseanografi di masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut seismik".

Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter diatas gelombang laut normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.

Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang akan berpusat di Indonesia.

Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan beberapa pulau dapat tenggelam.

Simulasi Tsunami Desember 2004

Simulasi Tsunami Desember 2010


Akibat yang dihasilkan
Tsunami Banda Aceh (2004)


Tsunami Mentawai (2010)


Taman Jasper di Tasikmalaya

Belum banyak yang tahu, Provinsi Jawa Barat, khususnya Tasikmalaya, memiliki wilayah khas geopark (taman geologi) yang dipenuhi batu-batu mulia bertaraf internasional. Taman Jasper Ci Medang, tempat itu dinamai.

Akses

Taman Jasper berada di Kampung Pasirgintung, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya. Tempat yang dahulu mungkin hanya dikenal kolektor batu mulia kini menjadi pusat perhatian geolog dan pemerhati lingkungan. Untuk mencapai Kampung Pasir Gintung, mobil harus diparkir di Kampung Cinampak dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 2 km.
Menjelang Kampung Pasir Gintung, satu-dua bongkah batu merah tampak tergeletak di dasar lembah di sebelah kiri jalan setapak. Ketika memasuki kampung tersebut, bongkahan besar batu merah tampak menghiasi pematang sawah dan halaman rumah penduduk. Beberapa di antaranya ditumbuhi pohon-pohon yang memberikan nuansa sakral. Batuan yang disebut sebagai batu merah tersebut ternyata adalah batu mulia jenis jasper (Inggris) atau jaspis (Indonesia ) yang merupakan anggota mineral keluarga kuarsa (quartz family mineral). Karena warnanya yang mirip dengan warna hati ayam, oleh para penggemar dan pedagang batumulia disebut sebagai biduri ati ayam.
Dari Kampung Pasir Gintung, penulis mengikuti jalan setapak yang menurun tajam menuju kawasan sungai Cimedang. Sebuah excavator (backhoe = beko ) besar terlihat sedang diistirahatkan. Tak jauh dari beko tersebut tampak tergeletak, sepuluh bongkahan besar batu merah yang beratnya ada yang mencapai lebih dari 5 ton. Penulis kemudian mengikuti jalan yang dirintis oleh beko tersebut sampai ke pinggiran Sungai Cimedang.
Berkelas dunia
Ketika Sungai Cimedang terlihat di depan mata, yang tampak adalah sebuah pemandangan alam yang membuat emosi penulis tak terkendali. Rasa haru bercampur kagum atas ciptaan Tuhan yang begitu indah membuat penulis tertegun dan hanya bisa mengucapkan kalimat tasbih, subhanallah. Di aliran Sungai Cimedang yang airnya bersih membiru, tampak bongkahan-bongkahan batu merah beragam warna dan beragam ukuran yang terhampar begitu indahnya menghiasi Sungai Cimedang dan sekitarnya. Sebagai seorang ahli geologi dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, pemandangan semacam ini rasanya belum pernah penulis lihat, baik di Indonesia maupun di luar negeri seperti Prancis, Swiss, Spanyol, Italia, Yunani, Thailand, Vietnam, Malaysia, Taiwan, Filipina, Amerika, dan di beberapa negara lainnya.
Di Sungai Cimedang, penulis menghabiskan waktu yang tidak lebih dari satu jam (sebelum memasuki waktu magrib ) untuk mengamati lebih dekat beberapa bongkah batu merah yang tergeletak di tepian aliran sungai Cimedang. Warna setiap bongkah ternyata bervariasi, ada yang merah, cokelat, kuning, hijau, hitam, pancawarna, dan beberapa di antaranya mengandung unsur besi (menempel di magnet) dan beragam jenis mineral seperti pirit, galena, tembaga, kristal-kristal kuarsa, dan lain-lain.
Ukurannya ada yang mencapai tinggi 5 meteran dengan perkiraan berat lebih dari 50 ton. Batu merah sebesar ini apalagi dengan jumlah yang banyak dapat dipastikan merupakan suatu fenomena alam yang tidak ada duanya di dunia. Yang tak kalah menarik adalah lingkungan tempat ditemukannya bongkahan batu merah tersebut yang berupa lava bantal berlapis dengan tufa gunung api berumur Oligo-Miosen atau sekitar 25 juta tahun (formasi old andesite).
Di kawasan seluas 5 hektar ini berserakan jasper, batu mulia berwarna merah hati, yang termasuk kelompok kuarsa. Andri Subandrio, geolog dari Institut Teknologi Bandung, menjuluki kompleks itu sebagai firdaus jasper raksasa. Di kawasan inilah pada 25-30 juta tahun silam terbentuk firdaus laut purba.

"Saya sudah berkeliling ke 20 negara di dunia, tetapi tidak pernah melihat yang seperti ini. Batu-batu jasper berwarna merah yang berukuran besar dan langka berserakan di mana-mana, di ladang, sawah, sungai, bahkan pekarangan rumah warga," kata Sujatmiko, pengusaha batu mulia yang juga Sekretaris Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB), Sabtu (18/7).

Ia menyampaikan hal itu dalam acara peluncuran buku Merahnya Batu Merah Taman Jasper Tasikmalaya. Ia bertindak sebagai salah satu penyunting buku kedelapan yang dibuat KRCB selama delapan tahun terakhir. Buku ini merupakan sebuah kompilasi tulisan dari 17 penulis menyangkut Taman Jasper.

Penulis antara lain Andri Subandrio, T Bachtiar, Budi Brahmantyo, Eko Yulianto dari KRCB, Kepala Museum Geologi Yunus Kusumahbrata, dan seniman Hawe Setiawan. Ide penulisan buku ini tidak terlepas dari kekhawatiran tentang adanya upaya eksploitasi besar-besaran untuk keperluan ekspor terhadap batu-batu jasper di tempat ini.
Terancam musnah
Seperti telah disinggung sebelumnya, di tahun 2000, seorang pengusaha Jepang telah berhasil mengevakuasi sekitar 3.000 ton batu merah dari Kampung Pasir Gintung, dan sungai Cimedang. Dari penjelasan pemilik beko yang mengontrak lokasi batu merah tersebut dengan nilai kontrak sekitar Rp 50 juta, penulis mendapatkan penjelasan bahwa selain 3.000 ton yang dibeli oleh pengusaha Jepang, beberapa tahun kemudian terjadi juga pengiriman sebanyak 1.500 ton batu merah ke seorang pengusaha batu mulia di Purwakarta.
Sumber lainnya menjelaskan juga bahwa tiga tahunan yang lalu, 6 truk Fuso ditugasi untuk mengangkut batu merah ke kawasan Cilincing Jakarta dengan berat total sekira 1.500 ton.
Ketika penulis mempersiapkan naskah tulisan ini, penulis mendapat kabar dari lapangan bahwa kurang dari seminggu sejak kunjungan penulis, selain sepuluh bongkah batu merah yang sebagian telah berhasil penulis amankan di Bandung, beko yang selalu standby rupanya telah berhasil mengevakuasi batu tersebut dari sungai Cimedang sekitar 30 bongkah batu merah dengan perkiraan berat 50 - 60 ton.
Bongkahan-bongkahan batu merah ini kemungkinan besar dieksploitasi untuk memenuhi pesanan 300 ton batu merah dari seorang pengusaha di Bogor yang telah mengedrop uang muka Rp 30 juta. Kenalan penulis memperkirakan bahwa dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, seluruh bongkahan batu merah yang bertebaran dengan indahnya di aliran Sungai Cimedang dan juga di Kampung Pasir Gintung seluruhnya akan diangkut ke Bogor.
Hal ini bukan tidak mungkin karena dengan telah masuknya musim kemarau, permukaan air Sungai Cimedang akan sangat menyusut sehingga mesin beko dapat dengan leluasa mengangkut seluruh bongkahan batu merah yang tergeletak di aliran sungai Cimedang. Untuk bongkahan yang berukuran raksasa, mereka telah siap dengan peralatan bor intan yang mampu membelah bongkahan-bongkahan besar tersebut menjadi bongkahan berukuran lebih kecil sehingga dapat terangkat oleh mesin beko.
Harus diselamatkan
Keberadaan batu merah di Kampung Pasir Gintung dan Sungai Cimedang sebetulnya dapat disulap menjadi sebuah taman jasper yang tak ada taranya di dunia jika dikelola dengan baik. Walaupun berdasarkan perkiraan telah lebih dari 6.000 ton batu merah bongkahan berukuran besar diangkut ke luar negeri (jumlahnya lebih dari 2.000 bongkah kalau berat rata-rata setiap bongkahan 3 ton), bongkahan yang tersisa insya Allah masih memiliki daya tarik wisata yang luar biasa.
Kini terserah kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya dan jajarannya, apakah akan membiarkan batu merah tersebut musnah total dari kawasan Pasir Gintung dan sungai Cimedang, atau mempertahankannya untuk suatu hari kelak dikembangkan menjadi sebuah taman jasper yang tak ada duanya di dunia.
Selain itu, penduduk setempat dapat dipersiapkan dan diajari ilmu dan keterampilan dalam kerajinan batu mulia. Dengan adanya taman jasper nanti, dan penduduknya banyak yang berwirausaha di bidang kerajinan batu mulia, insya Allah Kampung Pasir Gintung dan Desa Buni Asih akan berkembang menjadi suatu daerah yang sejahtera dan sumber daya batu merahnya akan tetap lestari sehingga dapat dikagumi oleh anak cucu kita di kemudian hari.
Semoga kita diberikan kearifan dalam mengelola sumber daya alam ciptaan Tuhan agar keberadaannya dapat menyejahterakan masyarakat dan bangsa kita. Amin

sumber:
MAAR Geologi Unpad

Status Gunung Api Indonesia di Atas Normal

Nama Gunung Terhitung Tanggal
led_red_blink Merapi 25 Oktober 2010
led_orange_blink Karangetang  22 September 2010
led_orange_blink Ibu  5 Agustus 2009
led_yellow Sinabung 7 Oktober 2010
led_yellow Talang  17 April 2010
led_yellow Kaba 20 Oktober 2009
led_yellow Kerinci 9 September 2010
led_yellow Krakatau 31 Oktober 2009
led_yellow Papandayan 16 April 2008
led_yellow Slamet 29 Juni 2009
led_yellow Bromo 18 September 2006
led_yellow Semeru 16 Juli 2009
led_yellow Batur 8 November 2009
led_yellow Rinjani 2 Mei 2009
led_yellow Sangeangapi 4 Juni 2009
led_yellow Rokatenda 18 April 2009
led_yellow Egon 7 April 2010
led_yellow Soputan 21 Oktober 2008
led_yellow Lokon 28 Februari 2008
led_yellow Gamalama 11 Mei 2008
led_yellow Dukono 13 Juni 2008
led_yellow Seulewah Agam 1 September 2010
Keterangan :
 led_green Normal (Level 1)
 led_yellow Waspada (Level 2)
 led_orange_blink Siaga (Level 3)
 led_red_blink Awas (Level 4)

Material bawaannya lebih besar dari gajah bengkak !

Sebelumnya kita tahu seberapa panas awanpanas ini ketika melanda desa-desa di Cangkringan. Terus seberapa besar tenaganya ?
Batu berukuran diameter pendek 4 meter dengan diameter sumbu panjang 7 meter ini dipotret oleh seorang kawan Mas Bambang Mertani, seorang geologi yang sangat mencintai Merapi pada tanggal 16 November 2010.
Lingkungan sekitar batu ini berupa pasir serta kerikil yang masih panas. Bahkan bila dikucuri air akan mengeluarkan uap seperti berasap

Batu ini berada dilokasi Pagejurang, Kepuhsari, Cangkringan, Sleman yang jaraknya sekitar 9 Km dari Puncak Merapi. Dapat dibayangkan seberapa besar tenaga dari awanpanas ini ketika meluncur kebawah.
Menurut Pak Bambang Mertani pasir serta dasar batuan dibawah yang diinjaknya masih terasa panas, sehingga belum memungkinkan untuk didiskripsi jenis batuan, tekstur serta struktur batuan ini.

Bagaimna bisa terbawa ?

Dibawah ini teori bagaimana transportasi batuan-batuan ini dikelompokkan. Mulai dari Debris flow (aliran runtuhan) termasuk didalamnya piroklastik, grain flow (aliran butira) serta slide dan bagaimana bentuk struktur dan tekstur sedimentnya. Untuk batuan piroklastik sebenernya akan mirip juga dengan sistem dibawah ini,
 Pengangkutan batu sebesar itu terjadi pada aliran avalance atau runtuhan yang sangat besar terdiri atas batuan berukuran lebih keci berupa boulder, hingga kerikil, pasir, debu dan bercampur gas. Batu ini berbentuk membundar diperkirakan tergerus selama menggelinding sejauh 9 Km dari Puncak Merapi.

Video dibawah ini dapat sedikit menggambarkan bagaimana batu-batu dengan sedikit air saja mampu menggelinding melalui parit. Sedangkan batu “gajah bengkak” diatas menggelinding disepanjang Kali Gendol.

Debrisflow

Diatas itulah video bagaimana batu berukuran diameter lebih dari satu meter mengalir, ya mengalir !. Lebih tepatnya memang menggelinding tetapi dalam massa aliran batu (debris flow) seperti ini dapat dibayangkan densitas dari “fluida” ini. Betul, aliran batu , kerikil, bercampur pasir dan air ini mirip seperti fluida yang bergerak mengalir dalam sebuah parit.
Untuk piroklastik Merapi alirannya lebih pekat, lebih banyak volumenya serta sudut luncuran lerengnya jauh lebih curam, dibanding video diatas. Sehingga luncuran prioklastik Merapi ini memiliki tenaga yang sangat kuat, dan mampu untuk menggelindingkan batu Si Gajah Bengkak ini.

Vulkanic Plug, atau tutup kerongkongannya gunung ini terbentuk secara khusus, tentunya memiliki strutur dan tekstur batuan yang khas. Namun karena kondisinya belum memungkinkan diselidiki karena risiko serta peralatan yang diperlukan, maka belum diketahui asal muasal batu ini.

 Sumber

Dongeng Geologi

Sunday, November 21, 2010

Foto satelit guguran lava diambil 15 Nov 2010

Foto Satelit guguran lava dibawah ini menunjukkan kemana guguran lava selama ini terendapkan. Peta ini akan sangat membantu memperkirakan kemana saja guguran lava ini akan menyebabkan banjir lahar dingin bila terkena hujan.
Secara detil luasan penyebarannya dapat dilihat dibawah ini.
Dibawah ini sesudah erupsi 2010
Sebelum Erupsi 2010. Lihat lingkar 5-10-15 Km dari puncak





sumber:
dongeng geologi