Monday, November 22, 2010

Taman Jasper di Tasikmalaya

Belum banyak yang tahu, Provinsi Jawa Barat, khususnya Tasikmalaya, memiliki wilayah khas geopark (taman geologi) yang dipenuhi batu-batu mulia bertaraf internasional. Taman Jasper Ci Medang, tempat itu dinamai.

Akses

Taman Jasper berada di Kampung Pasirgintung, Kecamatan Pancatengah, Kabupaten Tasikmalaya. Tempat yang dahulu mungkin hanya dikenal kolektor batu mulia kini menjadi pusat perhatian geolog dan pemerhati lingkungan. Untuk mencapai Kampung Pasir Gintung, mobil harus diparkir di Kampung Cinampak dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 2 km.
Menjelang Kampung Pasir Gintung, satu-dua bongkah batu merah tampak tergeletak di dasar lembah di sebelah kiri jalan setapak. Ketika memasuki kampung tersebut, bongkahan besar batu merah tampak menghiasi pematang sawah dan halaman rumah penduduk. Beberapa di antaranya ditumbuhi pohon-pohon yang memberikan nuansa sakral. Batuan yang disebut sebagai batu merah tersebut ternyata adalah batu mulia jenis jasper (Inggris) atau jaspis (Indonesia ) yang merupakan anggota mineral keluarga kuarsa (quartz family mineral). Karena warnanya yang mirip dengan warna hati ayam, oleh para penggemar dan pedagang batumulia disebut sebagai biduri ati ayam.
Dari Kampung Pasir Gintung, penulis mengikuti jalan setapak yang menurun tajam menuju kawasan sungai Cimedang. Sebuah excavator (backhoe = beko ) besar terlihat sedang diistirahatkan. Tak jauh dari beko tersebut tampak tergeletak, sepuluh bongkahan besar batu merah yang beratnya ada yang mencapai lebih dari 5 ton. Penulis kemudian mengikuti jalan yang dirintis oleh beko tersebut sampai ke pinggiran Sungai Cimedang.
Berkelas dunia
Ketika Sungai Cimedang terlihat di depan mata, yang tampak adalah sebuah pemandangan alam yang membuat emosi penulis tak terkendali. Rasa haru bercampur kagum atas ciptaan Tuhan yang begitu indah membuat penulis tertegun dan hanya bisa mengucapkan kalimat tasbih, subhanallah. Di aliran Sungai Cimedang yang airnya bersih membiru, tampak bongkahan-bongkahan batu merah beragam warna dan beragam ukuran yang terhampar begitu indahnya menghiasi Sungai Cimedang dan sekitarnya. Sebagai seorang ahli geologi dengan pengalaman lebih dari 40 tahun, pemandangan semacam ini rasanya belum pernah penulis lihat, baik di Indonesia maupun di luar negeri seperti Prancis, Swiss, Spanyol, Italia, Yunani, Thailand, Vietnam, Malaysia, Taiwan, Filipina, Amerika, dan di beberapa negara lainnya.
Di Sungai Cimedang, penulis menghabiskan waktu yang tidak lebih dari satu jam (sebelum memasuki waktu magrib ) untuk mengamati lebih dekat beberapa bongkah batu merah yang tergeletak di tepian aliran sungai Cimedang. Warna setiap bongkah ternyata bervariasi, ada yang merah, cokelat, kuning, hijau, hitam, pancawarna, dan beberapa di antaranya mengandung unsur besi (menempel di magnet) dan beragam jenis mineral seperti pirit, galena, tembaga, kristal-kristal kuarsa, dan lain-lain.
Ukurannya ada yang mencapai tinggi 5 meteran dengan perkiraan berat lebih dari 50 ton. Batu merah sebesar ini apalagi dengan jumlah yang banyak dapat dipastikan merupakan suatu fenomena alam yang tidak ada duanya di dunia. Yang tak kalah menarik adalah lingkungan tempat ditemukannya bongkahan batu merah tersebut yang berupa lava bantal berlapis dengan tufa gunung api berumur Oligo-Miosen atau sekitar 25 juta tahun (formasi old andesite).
Di kawasan seluas 5 hektar ini berserakan jasper, batu mulia berwarna merah hati, yang termasuk kelompok kuarsa. Andri Subandrio, geolog dari Institut Teknologi Bandung, menjuluki kompleks itu sebagai firdaus jasper raksasa. Di kawasan inilah pada 25-30 juta tahun silam terbentuk firdaus laut purba.

"Saya sudah berkeliling ke 20 negara di dunia, tetapi tidak pernah melihat yang seperti ini. Batu-batu jasper berwarna merah yang berukuran besar dan langka berserakan di mana-mana, di ladang, sawah, sungai, bahkan pekarangan rumah warga," kata Sujatmiko, pengusaha batu mulia yang juga Sekretaris Kelompok Riset Cekungan Bandung (KRCB), Sabtu (18/7).

Ia menyampaikan hal itu dalam acara peluncuran buku Merahnya Batu Merah Taman Jasper Tasikmalaya. Ia bertindak sebagai salah satu penyunting buku kedelapan yang dibuat KRCB selama delapan tahun terakhir. Buku ini merupakan sebuah kompilasi tulisan dari 17 penulis menyangkut Taman Jasper.

Penulis antara lain Andri Subandrio, T Bachtiar, Budi Brahmantyo, Eko Yulianto dari KRCB, Kepala Museum Geologi Yunus Kusumahbrata, dan seniman Hawe Setiawan. Ide penulisan buku ini tidak terlepas dari kekhawatiran tentang adanya upaya eksploitasi besar-besaran untuk keperluan ekspor terhadap batu-batu jasper di tempat ini.
Terancam musnah
Seperti telah disinggung sebelumnya, di tahun 2000, seorang pengusaha Jepang telah berhasil mengevakuasi sekitar 3.000 ton batu merah dari Kampung Pasir Gintung, dan sungai Cimedang. Dari penjelasan pemilik beko yang mengontrak lokasi batu merah tersebut dengan nilai kontrak sekitar Rp 50 juta, penulis mendapatkan penjelasan bahwa selain 3.000 ton yang dibeli oleh pengusaha Jepang, beberapa tahun kemudian terjadi juga pengiriman sebanyak 1.500 ton batu merah ke seorang pengusaha batu mulia di Purwakarta.
Sumber lainnya menjelaskan juga bahwa tiga tahunan yang lalu, 6 truk Fuso ditugasi untuk mengangkut batu merah ke kawasan Cilincing Jakarta dengan berat total sekira 1.500 ton.
Ketika penulis mempersiapkan naskah tulisan ini, penulis mendapat kabar dari lapangan bahwa kurang dari seminggu sejak kunjungan penulis, selain sepuluh bongkah batu merah yang sebagian telah berhasil penulis amankan di Bandung, beko yang selalu standby rupanya telah berhasil mengevakuasi batu tersebut dari sungai Cimedang sekitar 30 bongkah batu merah dengan perkiraan berat 50 - 60 ton.
Bongkahan-bongkahan batu merah ini kemungkinan besar dieksploitasi untuk memenuhi pesanan 300 ton batu merah dari seorang pengusaha di Bogor yang telah mengedrop uang muka Rp 30 juta. Kenalan penulis memperkirakan bahwa dalam kurun waktu kurang dari dua bulan, seluruh bongkahan batu merah yang bertebaran dengan indahnya di aliran Sungai Cimedang dan juga di Kampung Pasir Gintung seluruhnya akan diangkut ke Bogor.
Hal ini bukan tidak mungkin karena dengan telah masuknya musim kemarau, permukaan air Sungai Cimedang akan sangat menyusut sehingga mesin beko dapat dengan leluasa mengangkut seluruh bongkahan batu merah yang tergeletak di aliran sungai Cimedang. Untuk bongkahan yang berukuran raksasa, mereka telah siap dengan peralatan bor intan yang mampu membelah bongkahan-bongkahan besar tersebut menjadi bongkahan berukuran lebih kecil sehingga dapat terangkat oleh mesin beko.
Harus diselamatkan
Keberadaan batu merah di Kampung Pasir Gintung dan Sungai Cimedang sebetulnya dapat disulap menjadi sebuah taman jasper yang tak ada taranya di dunia jika dikelola dengan baik. Walaupun berdasarkan perkiraan telah lebih dari 6.000 ton batu merah bongkahan berukuran besar diangkut ke luar negeri (jumlahnya lebih dari 2.000 bongkah kalau berat rata-rata setiap bongkahan 3 ton), bongkahan yang tersisa insya Allah masih memiliki daya tarik wisata yang luar biasa.
Kini terserah kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya dan jajarannya, apakah akan membiarkan batu merah tersebut musnah total dari kawasan Pasir Gintung dan sungai Cimedang, atau mempertahankannya untuk suatu hari kelak dikembangkan menjadi sebuah taman jasper yang tak ada duanya di dunia.
Selain itu, penduduk setempat dapat dipersiapkan dan diajari ilmu dan keterampilan dalam kerajinan batu mulia. Dengan adanya taman jasper nanti, dan penduduknya banyak yang berwirausaha di bidang kerajinan batu mulia, insya Allah Kampung Pasir Gintung dan Desa Buni Asih akan berkembang menjadi suatu daerah yang sejahtera dan sumber daya batu merahnya akan tetap lestari sehingga dapat dikagumi oleh anak cucu kita di kemudian hari.
Semoga kita diberikan kearifan dalam mengelola sumber daya alam ciptaan Tuhan agar keberadaannya dapat menyejahterakan masyarakat dan bangsa kita. Amin

sumber:
MAAR Geologi Unpad

3 comments:

  1. waah sudah dikaji lebih dulu oleh perhimagi ya.

    ReplyDelete
  2. terima kasih sudah mereview Jasper merah .. bagi pecinta batu akik, di sini banyak koleksi batu akik asli .. Jual Batu Akik .

    Terima kasih

    ReplyDelete
  3. Sangat miris...Kekayaan Alam di seluruh Indonesia, ternyata di Exploitasi demi Uang....Tidak Heran #7 tahun Indonesia Merdeka tidak ada perkembangan apalagi Kemajuan...baik Wilayahnya ataupun Negaranya. Sifat2 manusia yg tdk mengerti akan Pemberian sang Pencipta..SDM Pemerintah yg hanya memikirkan Perut nya sendiri...karena Masyarakat kecil tidak akan Mempunyai Pemikiran yg berorientasi Bisnis Milyaran...Nah Jadi Siapa sebenarnya yg harus Di Tegur dalam Hal Ini..?
    Smoga Para Pemegang Amanat Rakyat dapat Lebih Berfikir Sehat...

    ReplyDelete